Maaf Nomor yang Anda Hubungi sedang Bucin

 Oleh Aldy Firanata


Namaku Diki, aku seorang pekerja dikawasan Palembang. Keseharian aku bekerja sebagai staff ahli promosi di penjualan kopi khas Empat Lawang. Banyak orang yang melihat aku sebagai orang yang biasa saja, tapi aku tetap tekun dan bekerja keras dengan pekerjaanku sekarang. Sebab usaha tak akan menghianati hasil, kalau kata orang-orang. Tapi tak semudah itu untuk meraih kesuksesan. Selain usaha haruslah diiringi dengan segenap semangat, pemikiran, dan pastinya doa. Itulah yang aku terapkan tanpa henti-hentinya.

Bicara panjang lebar mengenai pekerjaan, bagaimana permasalahan percintaan. Sebenarnya aku mempunyai seseorang kekasih, kami baru-baru ini sedang LDR-an. Dia masih bekerja juga dan terkadang pekerjaan mengajak dia berpergian jauh, maka dari itu aku maklum dengan keadaan ini. Seharian di tempat kerja aku sering sekali diejek atau bahkan dipercandain. 


Rapid bilang kepadaku "Kamu tuh sebenernya udah punya pacar belum Dik, jangan-jangan kamu gak normal ya hehehe". 


Yuda menyaut "Diki, Diki hari gini belum ada pacar". 


Diki "Hei diam kalian aku sebenarnya sudah ada tapi kami masih LDR-an. Yuda "Coba buktiin perkataanmu, telpon dia". 


Rapid "Betul tuh coba Dik. 


Diki "Oke-oke, bentar aku coba telpon dia".


Diki memegang ponselnya dan mencoba menelpon kekasihnya tersebut. Dia tak perlu membuka kontak lagi mencari namanya karena sudah ada banyak di riwayat telponnya. Terpampang jelas namanya Rika, sudah lima kali dia menghubungi hari ini. Diki pun menekan tombol terdengar suara Tut, Tut, Tut, maaf nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan, cobalah beberapa saat lagi. Sontak Mifta dan Yuda tertawa terpingkal-pingkal hingga Yuda bilang yang sabar ya Dik.


Setelah pulang kerja dan panggilan telpon ke enamnya hari ini yang hanya dibalas oleh Mbak-mbak operator. Diki mencoba ulang panggilan yang ketujuh. Masih sama dengan ucapan sebelumnya, "hah, mbak-mbak ini lagi" keluhnya.


Diki "Andai telpon ini bisa terangkat oleh Rika, aku bisa menceritakan segala keluhku dan pastinya aku bisa membuktikan pada teman-temanku".


Diki "Tapi saya salut dengan mbak operator ini yang tiap saat selalu bisa menjawab panggilan yang tak terjawab, yah walaupun itu mungkin sudah di setting otomatis, semangat ya mbak operator, terima kasih sudah menjawab semua panggilan tak terjawabku".


Kemudian terdengar suara lirih dan samar-samar dari ponsel Diki, iya sama-sama. Diki pun terkejut seketika iya bergumam. Ini perasaanku aja atau emang bener tadi dia menjawab omonganku. Coba deh aku ngomong lagi.


Diki "halo-halo ada orang di sana, halo mbak, sepertinya hanya perasaanku aja" 


Diki "Dor-dor" dengan suara mengangetkan


Mbak Operator "Eh dor-dor" dengan terkejut


Diki "eh emang bener ada orangnya ternyata ya, ini benerankan?"


Mbak Operator "Mmmmm, iya, maaf ya"


Diki "Gak, gak papa, santuy aja. Jadi sebenarnya dibalik suara yang ada ditelpon yang gak dijawab ada orangnya ya, aku kira ini cuma otomatis. Btw namamu siapa? Tenang aku bisa jaga rahasia kok!'

Mbak Operator "Iya sebenarnya aku bisa mendengar suara-suara kalian, tapi tak seperti dulu, semenjak ada aplikasi chat sekarang pekerjaanku tak seperti dulu tiap saat selalu ada yang telpon. Aku bisa dengerin keluh-keluh mereka karena telponnya gak diangkat atau ketika akhir bulan pulsanya habis hihi. Oh ya Sampek lupa namaku Hayiz. 

Dari percakapan tersebut semakin bertambah hari mereka menjadi akrab. Diki pun sedikit terhibur dengan adanya Hayiz, mbak-mbak operator yang selalu ada tiap dia nelpon ke nomor Rika yang tidak aktif.

Kembali ke tempat kerjanya, Mifta dan Yuda sedang mengobrol-obrol tak sengaja mendengar Diki sedang nelpon. 


Rapid "Eh Yud, itu siapa ya ditelpon Diki"


Yuda "Mungkin pacarnya, kan dia bilang ada pacar tapi lagi jauh aja"


Rapid "Masa, aku kok gak percaya, eh eh dia keluar tuh dari ruangnya, kita liat yok kebetulan hp nya ditinggal"


Yuda "Jangan Mif, kamu jangan nekat, nanti ketauan"


Rapid "ayoklah gas aja jangan kasih kendor"


Rapid dan Yuda berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan. Kemudian Rapid sampai dekat pintu yang sudah terbuka setengah sehingga terlihat ponsel Diki dari jauh. Rapid membuka lebar pintunya. Lalu melihat ponsel di atas meja, diambillah ponsel tersebut. Mifta mengecek riwayat panggilannya.


Rapid "Oh, ternyata Papanya Yud".


Yuda "Oh Papanya" sambil berpikir "eh bentar-bentar, astagaaa!! Papanya kan sudah wafat Pid kok dia nelpon Papanya".


Rapid "Eh iya-iya, kita berdua datang melayat kerumahnya waktu itu dan sampai menghantar ke kuburannya.


Seketika ruangan sunyi itu berubah jadi seram, sambil bergetaran Rapid mengembalikan ponsel Diki. Bulu kuduk mereka berdiri semua seperti tidak ada yang mengkomandoi mereka langsung berdiri saja. Lalu tiba-tiba Diki datang, masuk ke ruangannya.


Diki "Kalian ngapain masuk keruangku, mana wajah dan tubuh kalian seperti sedang tidak baik-baik saja.


Yuda "Turut berduka ya Dik atas wafatnya Papamu" dengan wajah ketakutan.


Rapid "Iya Dik, aku juga" wajah yang sama seperti Yuda.


Diki "Owalah, sebenarnya itu nomor kakakku yang memegang nomor Papa"


Seketika ruangan itu kembali wujud aslinya, tidak ada lagi seram. Rapid dan Yuda lega, mereka berdua lalu meminta maaf karena telah membuka ponsel Diki. lalu Rapid dan Yuda kembali ke tempatnya dan mengingat bahwa Diki kan anak tunggal.


#bersambung

Comments