SIAPA SUKA AKU? HANCUR DIRIMU!


Oleh: Aldy Firanata

 

Dalam kegelapan narasi senja, cahaya pusat pasih menguning. Hilang adanya harapan dan hanya semu untuk semua waktu. Memudar, mengalir bagai rintihan sendu yang tak terbendung oleh aliran nestapa lara yang selalu menghantui. Kami duduk bercengkrama di persimpangan dan terduduk di bawah pohon rindang.

Rinjani: (Terduduk dalam lamunan) Mana ada yang mau dengan aku, walaupun badanku molek, bodiku seksi, bahkan wajahku ayu rupawan. Pusing aku memikirkannya, umur sudah tak muda, namun pacar saja aku tak punya.

Kivandra: (Sedang mabuk-mabukan)Hai… Rinjani. Sudahlah jangan pusing-pusing menikahlah denganku, akanku berikan engkau 5 anak yang cantik maupuan ganteng-ganteng.

Rinjani: Iuuuh… orang mabuk-mabukan gitu, tampang pas-pas san. Manalah aku mau sama dirimu. Sana pergilah tak usah ganggu aku.

Kivandra: Ahhh dasar wanita tak berguna, sudah tak laku masih saja menolakku. Ku bunuh engkau (Cahaya meredup).

 

Tiba-tiba cahaya terang kembali, lalu terlihat Kivandra sudah terkapar tak bernyawa dan Rinjani sudah tak ada lagi.

                                                                              ***

 

Di sebuah gang persimpangan dekat pos satpam, terlihat ibu-ibu yang sedang berjalan dan bercakapan pulang dari pengajian. Mereka membahas mengenai kematian Kivandra yang tiba-tiba membuat gelap desa dan menghilangnya Rinjani.

Bu Tutik: Bu.. Bu.. udah taukan kabar meninggalnya Kivandra 2 hari yang lalu?

Bu Solehah: Iya Bu.. kemarin aku denger juga udah terkapar mayat katanya di bangku dekat pohon rindang sore, hari.

Bu Suci: Waduh ngeri yaa… itu meninggal karena apa dia?

Bu Tutik: Kabarnya dia meninggal karena dibunuh Rinjani, tapi setelah berhasil membunuhnya Rinjani tiba-tiba menghilang.

Buk Suci: Wah kemana Rinjani? Jadi ngeri kalo ketemu dia di jalan

Bu Solelahah: Iya Bu, sebaiknya kita menghindar dan memperingatkan suami kita juga.

                                                                           ***

 

Terdengar raung serigala mengaum dan bulan menerpakan sinar terangnya di kegelapan malam. Sebuah tangisan pilu, mulai menyusuri sudut-sudut desa. Namun seketika suara itu perlahan menghilang. Muncullah seorang wanita cantik yang hendak mencari sebuah penginapan. Kebetulan sekali dia bertemu seorang satpam yang sedang ronda malam. Namanya adalah Kamala dia menyebutnya saat berkenalan dengan satpam itu.

Kamala: Selamat malam Pak Satpam, aku Kemala Pak. Dari desa yang nan jauh di sana, berkelana demi mencari sesuap nasi.

Pak Satpam: Tumben cewek malam-malam gini masih jalan, sendirian pula.

Kamala: Iya Pak, saya sudah terbiasa begini. Saya mau tanya Pak, Bapak tahu tidak tempat penginapan yang murah dan nyaman ditempati di sini.

Pak Satpam: Oh.. ada di tempat kosan Bu Suci, di sana murah dan tempatnya nyaman.

Bapak anterin kesana ya..

Kamala: Wahhh.. terima kasih Pak, jadi ngerepotin.

Pak Satpam: Enggak-enggak, ini sudah menjadi kewajiban Bapak.

 

Selama perjalanan menuju rumah Bu Suci, kerap kali Pak Satpam mencium bau-bau yang menyengat wangi. Namun Pak Satpam mengnganggap itu biasa saja. Lalu setelah sampainya di rumah Bu Suci. Pak Satpam mengobrol sedikit dan menjelaskan, akhirnya pun Bu Suci mengerti dan mengizinkan Kamala mengekos di rumahnya.

                                                                             ***

 

Pagi hari di kosan Bu Suci. Kamala yang sudah terbangun sejak pukul 04.30 telah mandi dan bersih-bersih kamarnya. Begitu Bu Suci pemilik kos yang sudah menyiapkan hidangan untuk dua penghuni kos dan suaminya pastinya.

Bu Suci: Nak Kamala… Nak Heru.. Ayo kesini makan bersama dengan Bapak dan Ibu.

Heru: Iya Bu sebentar. Wah ada penghuni baru ternyata ya!!

Kamala: Salam kenal, pasti namamu Heru bukan hehe

Heru: Kok tau…. (sambil tertawa)

Kamala: Tau lah, wong Ibu kos manggil kamu kenceng banget.

Heru: Oh iya ya.. Namamu pasti Kamala kan, tadi aku juga dengar Ibu kos memanggilmu

Suami Bu Suci: Kalian malah asyik ngobrol saja, cepatlah sini makan.

Heru dan Kamala: Iya ya Pak…

 

Setelah sarapan di pagi hari ini tadi, timbulah perasaan oleh Heru. Namun, Heru masih bersikap wajar saja. Dia tak ingin terburu-buru untuk mengungkapkan rasa sukanya kepada Kamala.

                                                                                ***

 

Heru: Mal.. mau kemana udah keluar rumah saja.

Kamala: Enggak Ru, cuma mau menikmati sinar mentari pagi dan hembusan angin

Sepoi-sepoi.

Heru: Oh gitu.. yaudah dari pada berdiam diri saja di sini. Kita jalan-jalan mengitari kampung yuk.

Kamala: Ayok-ayok, gaskeuun mantcappp

 

Mereka pergi berdua mengitari perkampungan. Pada hari itu memang kebetulan Heru libur kerja dari sebuah PT yang ada di sekitar desanya. Begitu juga Kamala, dia belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Jadi mereka bebas menghabiskan waktu pada hari itu! Menikmati embun pagi yang menyapa hari.

Tak disangka ketika mentari mulai terbit, Heru mengungkapkan rasanya. Namun apakah yang setelahnya terjadi, lihat saja nanti!

Heru: Mal.. aku mau ngomong sesuatu nih.

Kamala: Bilang saja Ru.. kok gugup gitu sih?

Heru: Hmmm gimana yang mau bilangnya. Eehh sebenarnya aku itu suka sama kamu Mal. Kamu mau enggak menerimaku jadi pacarmu.

Kamala: Gimana ya? Kita baru kenal, belum tau kamu benar-benar.

Heru: Iya gapapa Mal.. aku bisa menunggu jawabanmu kok.

 

Kebetulan mereka berdiri di pinggir sungai, tanpa sengaja Kamala terpeleset dan hujan petir mulai terjadi. Di dekat ada orang-orang yang kalang kabut berlarian dan ada coba menghampiri mereka namun tak kesempatan. Mereka kepalang terjerumus ke sungai dan ketika mereka sudah masuk ke dalam sungai. Hujan pun berhenti, penduduk kebingungan mencari mereka namun tak dapat ditemukan. Berita hampir setiap hari dibicarakan selama satu bulan lebih.

                                                                                    ***

 

Sebulan setelah kisah itu berlalu, tiada kabar lagi mengenai mereka berdua. Selain itu, pada masa ini telah tiba masa gugur daun-daun. Bulan juga tiap hari terlihat muncul dengan sempurnannya. Ada sesok gadis berambut pirang, ia mengaku berasal dari desa sebelah. Warga desa menyambutnya dengan senang hati, tapi juga was-was bagaimana nanti jika ia seperti Kamala. Namun, warga tetap berfirasat baik.

Lafira: Selamat pagi-pagi bapak, ibu (di warung kopi)

Bapak dan Ibu: Pagi nak..

Pak RT: Namamu siapa, asal dari mana?

Lafira: Aku dari desa sebelah “Wonomerto” Pak, namaku Lafira Pak

Pak RT: Kesini lagi ngapain nak? Sendirian juga..

Lafira: Saya sebenarnya ingin cari Ibu saya Pak, namanya Aruni

Pak RT: Setau saya tidak ada yang bernama Aruni di sini

Pak Darwin: Iya nak.. kami juga belum pernah dengar

Lafira: Mungkin Ibu saya pernah kesini namun dia agak lupa nama (sudah pikun)

Pak RT: Oh gitu nak.. mungkin kamu menginap dulu tempat salah satu warga atau

di penginapan desa

Lafira: Wah terima kasih banyak Pak.. di penginapan desa saja Pak..

Pak RT: Ya sudah, biar kamu di antar Pak Satpam kesana ya..

Lafira: Iya Pak terima kasih (sambil tersenyum)

***

 

Pada malam hari ketika rembulan bersinar terang. Lafira sedang masak, tiba-tiba ada dua orang laki-laki yang mukannya tersamarkan masuk mengetuk pintu. Terdengar juga langkah kaki mereka berjalan.

 

Tok-tok.. (pintu berbunyi)

Lafira menghampirinya..

 

Lafira: Iya siapa diluar

Orang misterius 1: Cepat buka saja

Lafira: Sebentar..

 

Orang misterius 2 lalu membawa dan menikamnya membawanya ke kamar.

 

Orang Misterius 1: Cepat aku sudah tidak sabar

Orang Misterius 2: Sebentar magrib masih lama wkwk

Orang Misterius 1: Bukannya buka puasa ini (tertawa terbahak-bahak)

 

Lafira mengeram kesakitan dan meminta tolong namun tak ada yang mendengar, namun tiba-tiba cahaya rembulan masuk dan membawa sejumlah pisau yang menusuk orang misterius itu. Lalu Lafira menghilang seperti Rinjani dan Kamala.

                                                                                   ***

 

Pagi hari Pak RT bersama satpam mengunjungi penginapan Lafira. Namun, terlihat Pak Darwin dan Pak Rekso sudah terkapar bersimbah darah.

Pak RT: Yaa ampun, inalilahi. Gak nyangka mereka bisa berbuat tidak senonoh begini. Kalau biasanya kulihat mereka orang yang baik.

Pak Satpam: Iya Pak, terus kemana perginya Lafira ya Pak. Kok dia menghilang

Seperti Rinjani dan Kamala.

Pak RT: Iya bener, tapi kalo namanya disingkat diambil dua huruf awal itu bisa jadi

Nama orang. Bisa jadi nama Rikala, nah Rikala itu yang meninggal sepuluh tahun

Lalu karena digebukin masa setelah ketahuan mencuri sepotong roti di warung, karena dia kelaparan.

Pak Satpam: Apakah ini kebetulan atau memang benar ya Pak? Tapi tanda-tanda

Kematian mereka memang misterius sekali.

 

Perbincangan antara Pak RT dan Pak Satpam tak terhenti disini saja. Warga masih saja mengaitkannya dengan kematian Rikala sepuluh tahun yang lalu. Apakah itu memang hal yang nyata atau sebuah kebetulan. Semoga saja hal semacam ini tidak terulang kembali.

 

*Selesai*

 

Biodata Penulis

Nama : Aldy Firanata

Alamat : Jalan Pasirah Mat Nang Dusun 3 Tanjung Pering, Kecamatan Indralaya   Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.

Whatsapp : 082375012999

Email : aldyfiranata2001@gmail.com

Instagram : @alfi.1901

Comments

  1. Ceritanya simple, misterinya lumayan kuat, walaupun anti klimaks, tapi endingnya rapih.

    Tpi kok penulisannya kaya naskah drama ya? Atau emang aku aja yg jarang baca cerpen?

    ReplyDelete
  2. Cerita horor...
    Kematian Kivandra yang masih menjadi misteri, bukannya dia yang mau bunuh Rinjani?

    ReplyDelete
  3. Keren banget! Jadi meninggalkan beberapa asumsi terkait cerpennya wkwk

    ReplyDelete
  4. Woow misterius sekali, buat part lanjutannya kakk

    ReplyDelete
  5. Haii Aldi, menarik sekali nih cerpennya. Jadi penasaran, gimana yaa kelanjutan ceritanya.

    Oh yaa, satu lagi. Mau kasih saran. Setahuku, yg benar itu pucat pasi, bukan pucat pasih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ceritanya rada bergaya absurd-absurd gitu ya dek. Apa mau jadi penerus Kang Eka Kurniawan kah? Wkkwk

      Delete
  6. Ditunggu kelanjutannya. Masih menjadi misteri bagaimana kelanjutan kisah Rinjani dan Kivandra

    ReplyDelete
  7. Kalo saya suka banget baca cerpen terbitan kompas. Tulisan Agus, yang cerpen2nya bisa dibaca di perpusnas juga byk. Dia suka nulis tulisan misterius seperti ini. Mungkin dek Aldy bisa baca utk referensi mengemas tulisannya. Sipp mantap

    ReplyDelete

Post a Comment

Like, comment, and share. Terimakasih 🙂🙂🙂