BANGUN CINTA BISA DI MANA SAJA

Dia yang jauh di sana, menghimpit sepi yang di sini. Kala ragaku tak bersama, namun hati yang tetap satu. Tepat 10 tahun perkenalanku dengannya pada tahun 2010 ini. Benar saja kami berkenalan di sebuah media sosial waktu itu. Tapi apakah engkau tahu, bahwa kami belum pernah bertemu, walau sedetik saja.

Namanya Wulan Merindu yang tinggal berbatasan kota dengan ku. Orangnya ramah, kami berkenalan karena ada lomba menulis bareng yang diadakan secara daring di sosial media. Waktu itu aku berhasil mendapat juara satu lomba puisi dan dia juara duanya. Aku sekedar iseng untuk bertukar karya kami, namun lama kelamaan menjadi akrab dan sering bertukar pendapat. Itu terjadi pada saat kami masih SMA dan kami sekarang sudah lulus kuliah, lalu bekerja.

Kami sering berencana untuk bertemu, namun tanpa disangka banyak sekali kendalanya. Pernah sekali waktu SMA kami ingin bertemu, tapi kami sedang sibuk-sibuknya persiapan ujian nasional dan ujian sekolah, sungguh berat beban kami. Jadi kami putuskan untuk tidak bersua terlebih dahulu. Menunda bukan berati tidak jadikan. Itulah yang kami ucapkan waktu itu.

***

Saat-saat menengangkan muncul, hari ini adalah hari dimana akan tiba pengumunan kelulusan. Kami berdua dinyatakan lulus di sekolah masing-masing. Namun tak berhenti disitu, ada pengumunan yang buat kami lebih ketar-ketir yaitu pengumunan kelulusan kuliah. Sebelum membuka pengumunan kelulusan saya berdoa terlebih dahulu, pas dibuka ternyata saya lulus di Universitas Indonesia sementara saat ditanya Wulan juga lulus di Universitas Pendidikan Indonesia. Kami senang dan juga sedih. Kami senang karena berhasil lolos, namun kami juga sedih karena kami bakal berpisah bukan antar kota lagi tapi provinsi. Semakin jauh kami berpisah dari pertemuan yang belum pernah.

Kami selalu memberi kabar satu sama lain, walau sudah berjarak lebih lagi dan dengan kesibukan masing-masing. Dia yang masuk program studi yang hampir sama yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sedangkan aku Program Studi Sastra Indonesia. Jadi kami masing sering bertukar pikiran dari mulai teori-teori sastra maupun lingustik yang membikin kepala kita pusing tujuh keliling.

Sembari bertukar pikiran lewat video call, kami sering menghabiskan waktu dengan bercerita masing-masing tentang hari yang telah kami lewati. Maklum ia super sibuk, anak organisasi yang tiap detik mungkin bakal ada panggilan. Sedangkan aku yang hanya kupu-kupu, “Kuliah pulang, kuliah pulang,” merupakan pilihan hidup kita masing-masing. Memang saya tidak terlalu senang dengan namanya organisasi, saya lebih senang menghabiskan waktu berdua dengan novel-novel yang telah saya beli.

***

4 tahun sudah kami berkuliah sudah saatnya tiba kami diwisuda. Hari ini adalah dimana aku akan diwisuda bersama dengan teman-teman seangkatanku, sementara Wulan akan diwisuda beberapa minggu lagi. Banyak yang datang ke wisudaku mulai dari orang tua, keluarga, maupun teman dekat. Namun tidak lengkap kurasakan, karena ia belum bisa datang, lagi-lagi terkendala oleh masalah penerbangan yang ditutup karena adanya kabut asap yang menutupi pesawat akibat kebakaran yang ada.

Sama seperti Wulan yang tidak bisa datang ke wisudaku. Aku juga tidak bisa datang diakibatkan hal yang sama. Kami tetap tak patah arang, mungkin belum waktunya datang berjumpa. Suatu saat pasti kami akan dapat berjumpa dengannya yang telah menghisi hari-hariku walau hanya disebuah genggaman ponsel.

Aku tak tahu takdir waktu kapan dan dimana akan menuntun kami berdua untuk bertemu. Namun ikatan antara aku dan dia sudah lebih dari sekedar teman dekat. Kami sudah sangat akrab sekali. Selalu mengingatkan dalam kebaikan, juga memberikan dorongan kepada masing-masing untuk terus tetap semangat.

Itulah yang mungkin bisa membuat kita masih sering terus berkumunikasi. Tidak ada canggung saat mengobrol dengannya. Pastinya kami akan terus menjaga hubungan ini sampai kami sudah tua-tua dan wafat nanti. Orang yang bodoh juga akan selalu mengerti bahwa hubungan yang baik pastinya memberikan dampak yang baik pula.

***

Langsung saja akan kuceritakan pertemuan kami, jika diceritakan dengan detail bisa panjang ceritanya. Kami bertemu setelah 10 tahun yang sudah dirasakan tanpa terasa. Saya bekerja di sebuah penerbitan buku yang ada di Jakarta, tanpa sengaja ada kabar karyawan baru yang akan mendampingku. Aku menganggapnya hal sepele, karena aku tak tahu siapa dia.

Usut punya usut, dua hari setelah penantian siapa orangnya yang akan bekerja bersamaku di penerbita. Aku melihat langkah kakinya, seperti tak asing aku lihat, namun setelah kulihat wajahnya dia adalah Wulan Merindu yang selama ini untuk berusaha bertemu tapi tidak bisa-bisa.

Aku segera menghampirinya, mata kami berkaca-kaca, dan aku segera memeluknya erat. Tak pernah kubayangkan, ternyata aku bisa bertemu dengannya. Kami lalu segera pergi bersama ke sebuah tempat makan. Aku tanpa sengaja menanyakan, karena dia bersama seseorang laki-laki yang aku kira ia adalah pacarnya yang belum aku ketahui. Namun ia ternyata seorang kakaknya yang pernah dibicarakannya kepadaku. Orangnya ramah, juga merupakan lulus dari Madinah yang secara agama sudah sangat mendukung pastinya. Dia mencoba berkenalan denganku.


Khalifah: Kamu temannya Wulan yang sering diceritakan itu ya? Tapi aku lupa               namamu, kalau boleh tahu namamu siapa?

Fatimah: Namaku Fatimah Az-Zahra, orang biasa memanggilku dengan panggilan               Fatimah

Khalifah: Sungguh indah namanya, seperti orangnya.

Fatimah: Ah.. biasa aja kakak nih!


Andai engkau tahu hatiku sedang tertaut disitu, kakak yang merupakan teman dari sahabatku yang baru berjumpa. Mungkin itulah jatuh cinta pada pandangan pertama yang kurasakan. Semoga nantinya aku dapat bertemu lagi dengannya. Kakak temanku yang telah berjumpa.





Comments

Post a Comment

Like, comment, and share. Terimakasih 🙂🙂🙂